MAKALAH
PERKEMBANGGAN
PESERTA DIDIK
PErkembangan moral dan keagamaan remaja
DISUSUN OLEH :
Avit santoso
ACC 111 0006
PROGAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGUURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNVERSITAS PALANGKA RAYA
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang maha pengasih dan maha
penyayang, karena atas berkat dan rahmatnya penulisan makalah dapat
terselesaikan dan terwujud. makalah ini di susun untuk dijadikan referensi yang
lengkap dan menyeluruh tentang Perkembangan moral dan keagamaan remaja.
Makalah ini di susun secara khusus
untuk memenuhi tugas Perkembangan Peserta Didik, penyusunannya dilakukan
secara individu. Substansi yang terdapat dalam makalah berasal dari beberapa
referensi buku dan literatur-literatur lain,.di tambah juga dari sumber-sumber
lain yang berasal dari media elektronik melaui pengambilan bahan dari internet
sistematika penyusunan makalah ini terbentuk melalui kerangka yang berdasarkan
acuan atau bersumber dari buku ataupun literature lain dengan mengembangkan
substansi yang ada untuk kemudian di rangkai secara terstruktur dengan benar.
Makalah yang berjudul Perkembangan
moral dan keagamaan remaja. ini dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran bagi
mahasiswa, dosen, atau masyarakat umum dan juga sebagai bahan pembanding dengan
makalah lain yang secara substansial mempunyai kesamaan. Tentunya dari isi
maupun konstruksi yang ada dalam makalah ini yang merupakan tugas mata kuliah Perkembangan
Peserta Didik banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu kami selaku
penyusun mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Untuk itu, penulis
mengharapkan saran dan tanggapan agar dapat menyempurnakan makalah ini. Penulis berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua
Palangkaraya, Mei
2012
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………………………….
Daftar Isi…………………………………………………………………………………..
Bab I
Pendahuluan………………………………………………………………………………
A.
Latar Belakang …………………………………………………………………….
B.
Rumusan Masalah………………………………………………………………….
C.
Prosedur Pemecahan Masalah……………………………………………………..
D.
Sistematika Pembahasan…………………………………………………………
E.
Manfaa…………………………………………………………………………….
Bab II
Pembahasan………………………………………………………………………………
A.
Pengertian remaja
B.
Perkembangan moral
remaja
C.
Perkembangan agama remaja
D.
E.
Bab III
Penutup……………………………………………………………………………………………………………….
A.
Kesimpulan…………………………………………………………………………………………………
B.
Saran…………………………………………………………………………………………………………..
Daftar Pustaka……………………………………………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG MASALAH
Salah satu tugas perkembangan yang harus dikuasai remaja adalah
mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok dari padanya dan kemudian mau
membentuk perilakunya agar sesuai dengan harapan sosial tanpa terus dibimbing,
diawasi didorong dan diancam hukuman seperti yang dialami waktu anak-anak.
Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting,
yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu
berproduksi. Salzman mengemukakan, bahwa remaja merupakan masa perkembangan sikap
tergantung (dependence) terhadap orang tua ke arah kemandirian (independence),
minat-minat seksual, perenungan diri, dan perhatian terhadap nilai-nilai
estetika dan isu-isu moral.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan
latar belakang masalah, maka masalah “Perkembangan Moral dan Keagamaan Remaja” dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana perkembangan moral remaja?
2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi perkembangan moral remaja?
3. Bagaimana pula perkembangan keagamaan remaja?
1. Bagaimana perkembangan moral remaja?
2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi perkembangan moral remaja?
3. Bagaimana pula perkembangan keagamaan remaja?
C. PROSEDUR PEMECAHAN MASALAH
Pemecahan
masalah yaitu langkah-langkah yang ditempuh dengan pendekatan Metode
Library Research (kepustakaan) dan
juga ditambah dengan data-data yang di ambil dari internet yang
berhubungan dengan permasalahan yang dibahas.
D. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Makalah ini terdiri dari tiga bab, yaitu pertama Pendahuluan meliputi
latar belakang masalah, perumusan masalah, proses pemecahan masalah dan
sistematika pembahasan dan kegunaan pembahasan. Bab dua berisi pembahasan
sedangkan bab tiga berisi penutup.
E. MANFAAT PENULISAN
Adapun
Manfaat penulisan Makalah ini adalah sebagai berikut :
·
Merupakan wahana latihan
pengembangan ilmu pengetahuan dan ketrampilan dalam pembuatan
Karya Tulis
Ilmiah.
·
Dengan
adanya pembahasan ini tentunya kita semua
akan semakin memperkaya ilmu pengetahuan khususnya tentang perkembangan
moral dan perkembangan remaja.
·
Memberikan informasi kepada
masyarakat luas
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A . PENGERTIAN REMAJA
Kata remaja berasal dari kata latin yaitu adolescere yang berarti to grow atau to maturity. Definisi dari remaja adalah periode perkembangan
antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Perkembangan ini meliputi
perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, dan juga
terjadi pada perubahan dalam hubungannya dengan orang tua dan cita-cita mereka.
Remaja merupakan masa yang labil, dimana mereka sedang mencari jatidiri mereka,
dan merekalah yang menentukan mau ke arah mana mereka esok hari.
Istilah remaja
mengandung arti yang cukup luas, menurut Piaget (dalam Muhammad Ali dan M.
Astori, mengatakan bahwa:
Remaja masih suatu usia dimana individu
menjadi terintegrasi kedalam masyarakat dewasa dan suatu usia dimana anak tidak
merasa bahwa dirinya berada dibawah tingkat orang yang lebih tua melainkan
merasa sama atau paling tidak sejajar. Masa remaja merupakan masa transisi yang
menginginkan sesuatu yang baru.
Sedangkan menurut
Sarlito Wirawan Sarwono, “Remaja adalah periode peralihan kemasa dewasa” dimana
mereka seyogyanya mulai mempersiapkan diri menuju kehidupan dewasa.
Jadi remaja adalah
individu yang berumur 12 sampai 21 tahun dimana seorang mengalami saat kritis
sebab akan menginjak masa dewasa, remaja berada dalam masa peralihan dari
anak-anak kemasa dewasa. Peningkatan emosional remaja yang terjadi secara cepat
pada masa remaja awal yang dikenal sebagai masa storm dan stress.
B.
PERKEMBANGAN MORAL REMAJA
Istilah moral berasal dari kata Latin “mos” (Moris), yang berarti adat
istiadat, kebiasaan, peraturan/niali-nilai atau tata cara kehidupan. Sedangkan
moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai
atau prinsip-prinsip moral. Nilai-nilai moral itu, seperti:
1.
Seruan untuk berbuat baik kepada
orang lain, memelihara ketertiban dan keamanan, memelihara kebersihan dan memelihara
hak orang lain, dan
2.
Larangan mencuri, berzina,
membunuh, meminum-minumanan keras dan berjudi.
Seseorang dapat
dikatakan bermoral, apabila tingkah laku orang tersebut sesuai dengan
nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi oleh kelompok sosialnya. Sehingga tugas
penting yang harus dikuasai remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh
kelompok daripadanya dan kemudian mau membentuk perilakunya agar sesuai dengan
harapan sosial tanpa terus dibimbing, diawasi, didorong, dan diancam hukuman
seperti yang dialami waktu anak-anak.
Remaja diharapkan mengganti konsep-konsep moral yang berlaku umum dan
merumuskannya ke dalam kode moral yang akan berfungsi sebagai pedoman bagi
perilakunya. Tidak kalah pentingnya, sekarang remaja harus mengendalikan perilakunya
sendiri, yang sebelumnya menjadi tanggung jawab orang tua dan guru. Mitchell
telah meringkaskan lima perubahan dasar dalam moral yang harus
dilakukan oleh remaja yaitu
:
a.
Pandangan moral individu semakin
lama semakin menjadi lebih abstrak dan kurang konkret.
b.
Keyakinan moral lebih berpusat
pada apa yang benar dan kurang pada apa yang salah. Keadilan muncul sebagai kekuatan
moral yang dominan.
c.
Penilaian moral menjadi semakin
kognitif. Ia mendorong remaja lebih berani menganalisis kode sosial dan kode
pribadi dari pada masa anak-anak dan berani mengambil keputusan terhadap
berbagai masalah moral yang dihadapinya.
d.
Penilaian moral menjadi kurang
egosentris.
e.
Penilaian moral secara psikologis
menjadi lebih mahal dalam arti bahwa penilaian moral merupakan bahan emosi dan
menimbulkan ketegangan psikologis.
Pada masa remaja,
laki-laki dan perempuan telah mencapai apa yang oleh Piaget disebut tahap
pelaksanaan formal dalam kemampuan kognitif. Sekarang remaja mampu
mempertimbangkan semua kemungkinan untuk menyelesaikan suatu masalah dan
mempertanggungjawabkannya berdasarkan suatu hipotesis atau proporsi. Jadi ia
dapat memandang masalahnya dari berbagai sisi dan menyelesaikannya dengan
mengambil banyak faktor sebagai dasar pertimbangan.
Menurut Kohlberg, tahap perkembangan moral ketiga, moral moralitas
pascakonvensional harus dicapai selama masa remaja.tahap ini merupakan tahap
menerima sendiri sejumlah prinsip dan terdiri dari dua tahap. Dalam tahap
pertama individu yakin bahwa harus ada kelenturan dalam keyakinan moral sehingga
dimungkinkan adanya perbaikan dan perubahan standar apabila hal ini
menguntungkan anggota-anggota kelompok secara keseluruhan. Dalam tahap kedua
individu menyesuaikan dengan standar sosial dan ideal yang di internalisasi
lebih untuk menghindari hukuman terhadap diri sendiri daripada sensor sosial.
Dalam tahap ini, moralitas didasarkan pada rasa hormat kepada orang-orang lain
dan bukan pada keinginan yang bersifat pribadi .Ada tiga tugas pokok remaja dalam mencapai moralitas
remaja dewasa, yaitu:
1.
Mengganti
konsep moral khusus dengan konsep moral umum.
2.
Merumuskan konsep moral yang baru dikembangkan
ke dalam kode moral sebagai kode prilaku.
3.
Melakukan
pengendalian terhadap perilaku sendiri.
Perkembangan moral adalah salah satu
topik tertua yang menarik minat mereka yang ingin tahu mengenai sifat dasar
manusia. Kini kebanyakan orang memiliki pendapat yang kuat mengenai tingkah
laku yang dapat diterima dan yang tidak dapat di terima, tingkah laku etis dan
tidak etis, dan cara-cara yang harus dilakukan untuk mengajarkan tingkah laku
yang dapat diterima dan etis kepada remaja.
Perkembangan moral
(moral development) berhubungan dengan peraturan-peraturan dan nilai-nilai
mengenai apa yang harus dilakukan seseorang dalam interaksinya dengan orang
lain. Anak-anak ketika dilahirkan tidak memiliki moral (imoral). Tetapi dalam
dirinya terdapat potensi yang siap untuk dikembangkan. Karena itu, melalui
pengalamannya berinteraksi dengan orang lain (dengan orang tua, saudara dan
teman sebaya), anak belajar memahami tentang perilaku mana yang baik, yang
boleh dikerjakan dan tingkah laku mana yang buruk, yang tidak boleh dikerjakan.
Teori Psikoanalisis tentang perkembangan moral menggambarkan
perkembangan moral, teori psikoanalisa dengan pembagian struktur kepribadian
manusia menjadi tiga, yaitu id, ego, dan superego. Id adalah struktur
kepribadian yang terdiri atas aspek biologis yang irasional dan tidak disadari.
Ego adalah struktur kepribadian yang terdiri atas aspek psikologis, yaitu
subsistem ego yang rasional dan disadari, namun tidak memiliki moralitas.
Superego adalah struktur kepribadian yang terdiri atas aspek social yang
berisikan system nilai dan moral, yang benar-benar memperhitungkan “benar” atau
“salahnya” sesuatu.
Hal penting lain dari teori perkembangan moral Kohlberg adalah
orientasinya untuk mengungkapkan moral yang hanya ada dalam pikiran dan yang
dibedakan dengan tingkah laku moral dalam arti perbuatan nyata. Semakin tinggi
tahap perkembangan moral sesorang, akan semakin terlihat moralitas yang lebih
mantap dan bertanggung jawab dari perbuatan-perbuatannya.
B. PERKEMBANGAN KEAGAMAAN REMAJA
Latar belakang kehidupan keagamaan remaja dan ajaran agamanya berkenaan
dengan hakekat dan nasib manusia, memainkan peranan penting dalam menentukan
konsepsinya tentang apa dan siapa dia, dan akan menjadi apa dia. Agama, seperti
yang kita temukan dalam kehidupan sehari-hari, terdiri atas suatu sistem
tentang keyakinan-keyakinan, sikap-sikap dan praktek-praktek yang kita anut,
pada umumnya berpusat sekitar pemujaan.
Dari sudut pandangan individu yang beragama, agama adalah sesuatu yang
menjadi urusan terakhir baginya. Artinya bagi kebanyakan orang, agama merupakan
jawaban terhadap kehausannya akan kepastian, jaminan, dan keyakinan tempat
mereka melekatkan dirinya dan untuk menopang harapan-harapannya.
Dari sudut pandangan sosial, seseorang berusaha melalui agamanya untuk
memasuki hubungan-hubungan bermakna dengan orang lain, mencapai komitmen yang
ia pegang bersama dengan orang lain dalam ketaatan yang umum terhadapnya.bagi
kebanyakan orang, agama merupakan dasar terhadap falsafah hidupnya.
Penemuan lain menunjukkan, bahwa sekalipun pada masa remaja banyak
mempertanyakan kepercayaan-kepercayaan keagamaan mereka, namun pada akhirnya
kembali lagi kepada kepercayaan tersebut. Banyak orang yang pada usia dua
puluhan dan awal tiga puluhan, tatkala mereka sudah menjadi orang tua, kembali
melakukan praktek-praktek yang sebelumnya mereka abaikan (Bossard dan Boll,
1943). Bagi remaja, agama memiliki arti yang sama pentingnya dengan moral.
Bahkan, sebagaiman dijelaskan oleh Adams & Gullotta (1983), agama
memberikan sebuah kerangka moral, sehingga membuat seseorang mampu
membandingkan tingkah lakunya. Agama dapat menstabilkan tingkah laku dan bias
memberikan penjelasan mengapa dan untuk apa seseorang berada didunia ini. Agama
memberikan perlindungan rasa aman, terutama bagi remaja yang tengah mencari
eksistensi dirinya.
Dibandingkan dengan masa awal anak-anak misalnya, keyakinan agama
remaja telah mengalami perkembangan yang cukup berarti. Kalau pada masa awal
anak-anak ketika mereka baru memiliki kemampuan berpikir simbolik. Tuhan
dibayangkan sebagai person yang berada diawan, maka pada masa remajamereka
mungkin berusaha mencari sebuah konsep yang lebih mendalam tentang Tuhan dan
eksistensi. Perkembangan pemahaman remaja terhadap keyakinan agama ini sangat
dipengaruhi oleh perkembangan kognitifnya.
Oleh karena itu meskipun pada masa awal anak-anak ia telah diajarkan
agama oleh orang tua mereka, namun karena pada masa remaja mereka mengalami
kemajuann dalam perkembangan kognitif, mereka mungkin mempertanyakan tentang
kebenaran keyakinan agama mereka sendiri. Sehubungan dengan pengaruh
perekembangan kognitif terhadap perkembangan agama selama masa remaja ini. Dalam suatu studi
yang dilakukan Goldman (1962) tentang perkembangan pemahaman agama anak-anak
dan remaja dengan latar belakang teori perkembangan kognitif Piaget, ditemukan
bahwa perkembangan pemahaman agama remaja berada pada tahap 3, yaitu formal
operational religious thought, di mana remaja memperlihatkann pemahaman agama
yang lebih abstrak dan hipotesis. Peneliti lain juga menemukan perubahan
perkembangan yang sama, pada anak-anak dan remaja. Oser & Gmunder, 1991
(dalam Santrock, 1998) misalnya menemukan bahwa remaja usia sekitar 17 atau 18
tahun makin meningkat ulasannya tentang kebebasan, pemahaman, dan pengharapan
konsep-konsep abstrak ketika membuat pertimbangan tentang agama.
Apa yang dikemukakan tentang perkembangan dalam masa remaja ini hanya
merupakan cirri-ciri pokoknya saja. James Fowler (1976) mengajukan pandangan lain
dalam perkembangan konsep religius. Indiduating-reflexive faith adalah tahap
yang dikemukakan Fawler, muncul pada masa remaja akhir yang merupakan masa yang
penting dalam perkembangan identitas keagamaan. Untuk pertama kalinya dalam
hidup mereka, individu memiliki tanggung jawab penuh atas keyakinan religius
mereka. Sebelumnya mereka mengandalkan semuanya pada keyakinan orang tuanya.
Salah satu area dari pengaruh agama terhadap perkembangan remaja
adalah kegiatan seksual. Walaupun keanakaragaman dan perubahan dalam pengajaran
menyulitkan kita untuk menentukan karakteristik doktrin keagamaan, tetapi
sebagian besar agama tidak mendukung seks pranikah. Oleh karena itu, tingkat
keterlibatan remaja dalam organisai keagamaan mungkin lebih penting dari pada sekedar keanggotaan mereka dalam menentukan sikap dan
tingkah laku seks pranikah mereka. Remaja yang sering menghadiri ibadat
keagamaan dapat mendengarkan pesan-pesan untuk menjauhkan diri dari seks.
Remaja masa kini menaruh minat pada agama dan menganggap bahwa agama
berperan penting dalam kehidupan. Minat pada agama antara lain tampak dengan
dengan membahas masalah agama, mengikuti pelajaran-pelajaran agama di sekolah
dan perguruan tinggi, mengunjungi tempat ibadah dan mengikuti berbagai upacara
agama.
Sejalan dengan perkembangan kesadaran moralitas, perkembangan penghayatan keagamaan, yang erat hubungannya dengan perkembangan intelektual disamping emosional dan volisional (konatif) mengalami perkembangan.
Sejalan dengan perkembangan kesadaran moralitas, perkembangan penghayatan keagamaan, yang erat hubungannya dengan perkembangan intelektual disamping emosional dan volisional (konatif) mengalami perkembangan.
Para ahli umumnya (Zakiah Daradjat, Starbuch, William James) sependapat
bahwa pada garis besarnya perkembangan penghayatan keagamaan itu dapat di bagi
dalam tiga tahapan yang secara kulitatif menunjukkan karakteristik yang berbeda. Adapun
penghayatan keagamaan remaja adalah sebagai berikut:
1).
Masa awal remaja (12-18 tahun) dapat dibagi ke dalam dua sub tahapan sebagai
berikut:
·
Sikap negatif (meskipun tidak
selalu terang-terangan) disebabkan alam pikirannya yang kritis melihat
kenyataan orang-orang beragama secara hipocrit (pura-pura) yang pengakuan dan
ucapannya tidak selalu selaras dengan perbuatannya.
·
Pandangan dalam hal ke-Tuhanannya
menjadi kacau karena ia banyak membaca atau mendengar berbagai konsep dan
pemikiran atau aliran paham banyak yang tidak cocok atau bertentangan satu sama
lain.
·
Penghayatan rohaniahnya cenderung
skeptic (diliputi kewas-wasan) sehingga banyak yang enggan melakukan berbagai
kegiatan ritual yang selama ini dilakukannya dengan kepatuhan.
2). Masa
remaja akhir yang ditandai antara lain oleh hal-hal berikut ini:
·
Sikap kembali, pada umumnya,
kearah positif dengan tercapainya kedewasaan intelektual, bahkan agama dapat
menjadi pegangan hidupnya menjelang dewasa.
·
Pandangan dalam hal ke-Tuhanan
dipahamkannya dalam konteks agama yang dianut dan dipilihnya.
·
Penghayatan rohaniahnya kembali
tenang setelah melalui proses identifikasi dan merindu puja ia dapat membedakan
antara agama sebagai doktrin atau ajaran dan manusia penganutnya, yang baik
shalih) dari yang tidak. Ia juga memahami bahwa terdapat berbagai aliran paham
dan jenis keagamaan yang penuh toleransi seyogyanya diterima sebagai kenyataan
yang hidup didunia ini.
Menurut Wagner (1970) banyak remaja menyelidiki agama sebagai suatu
sumber dari rangsangan emosial dan intelektual. Para pemuda ingin mempelajari
agama berdasarkan pengertian intelektual dan tidak ingin menerimanya secara
begitu saja. Mereka meragukan agama bukan karena ingin manjadi agnostik atau
atheis, melainkan karena ingin menerima agama sebagai sesuatu yang bermakna
berdasarkan keinginan mereka untuk mandiri dan bebas menentukan
keputusan-keputusan mereka sendiri.
BAB
III
KESIMPULAN
Seseorang dapat dikatakan bermoral, apabila tingkah laku orang tersebut
sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi oleh kelompok sosialnya.
Sehingga tugas penting yang harus dikuasai remaja adalah mempelajari apa yang
diharapkan oleh kelompoknya.
Ada tiga tugas pokok remaja dalam mencapai moralitas remaja dewasa, yaitu:
Ada tiga tugas pokok remaja dalam mencapai moralitas remaja dewasa, yaitu:
1.
Mengganti konsep moral khusus
dengan konsep moral umum.
2.
Merumuskan konsep moral yang baru
dikembangkan ke dalam kode moral sebagai kode prilaku.
3.
Melakukan pengendalian terhadap
perilaku sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyadi, Ani, 2006, Psikologi Perkembangan. Ciputat : Press
GroupDesmita,
Daradjat, Zakiah.2007. Psikologi perkembangan.Bandung : Rosda Karya.
Fatimah, Enung. 2006. Psikologi Perkembangan, Bandung : Pustaka Setia.
Hamalik Oemar, 1995. Psikologi Remaja (dimensi-dimensi perkembangan). Bandung: Maju Mundur.
Hartati, Netty. 2004. Islam dan Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Hurlock, Elizabeth B. 1980.Psikologi Perkembangan.New York: McGraw-Hill, Inc.
Nurihsan, Juntika, 2007. Perkembangan Peserta Didik.Bandung : Sekolah Pasca Sarjana UPI.
Panuju, Panut, 1999. Psikologi Remaja.Yogyakarta : Tiara Wacana Yogya.
Santrock, John W. 1996.Adolescence (Perkembangan Remaja). The University of at Dallas:
Times Mirror .
Santrock, John W, 1983. Life-Span Development (Perkembangan Masa Hidup).
University of Texas at Dallas:
Brown and Bench-mark.
Yusuf, Syamsu, 2007. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Rosda Karya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar